Selasa, 24 Juni 2014

Jangan Ngeluh :')


kalimat di atas cukup membuat gue mikir dua kali buat ngeluh karena kalimat itu bener banget, Allah ngga akan pernah nempatin kita disituasi yang ngga bisa kita atasi.

udah sebulan ini gue ngerasa capek banget kuliah. mulai dari praktek di kampus + nyelesain tugas selama dua minggu beruturut-turut, setelah itu uas dan setelah uas masih ada pekan remedial. ya Allah rasanya badan gue remuk banget :( dan pada akhirnya gue sempet drop pas uas. gue sadar selama ini usaha gue mungkin ngga maksimal dan ngga jaga kesehatan. sampe detik ini gue masih aja kepikiran karena banyak banget nilai matkul yang harus gue perbaiki :(

tapi tanpa gue cerita kayak ginipun Allah udah tau apa yang gue rasaian, Allah tau gue kuat menghadapi semua ini. gue selalu yakinin diri gue sendiri kalo Allah udah mempersiapkan diri kita sesuai mental dan kekuatannya masing-masing. jadi ngga mungkin semua masalah tuh ada kalo ngga diserahin sama orang yang bisa nyelesain. dan gue pasti bisa!

tiap helaan nafas, tiap keringat yang mengalir, tiap tangis yang jatuh, tiap rasa lelah yang ada Allah bakalan ganti dengan yang lebih baik suatu saat nanti, kita harus yakin itu. tinggal gimana caranya kita tetep positif thingking sama semua rencana Allah ;')

kuatkan aku selalu ya Allah, jangan pernah lepasin :")

Jumat, 13 Juni 2014

Jodoh :')





Hati, sabarlah menunggu... cinta persembahkan hanya untukmu
Ku serahakan padaMu jodoh hidupku, dengarlah do'aku
Ya Allah, ku pantaskan diriku, ya Allah ku pasrahkan jodohku
Ya Allah... kirimkanlah dia yang tertulis di Lauhul MahfudzMu, jadikanlah ia sebagai penyempurna imanku
Dia yang menjadi penenerang hidupku, menjadi jawaban do'a-do'aku
Dia yang menjadi penenang hatiku, menjadi pasangan di rindu SyurgaMu

kata-kata ini aku kutip dari akun twitter Hijab Alila, saat baca kata-kata ini rasanya jleb langsung ke hati. kenapa jleb? iya karena aku ngerasa selama ini sudah mendahului kehendak Allah. aku selama ini udah ngga percaya bahwa Allahpun sudah melahirkan seseorang lelaki yang akan menjadi jodohku kelak :')

aku terlalu terburu-buru selama ini untuk menemukan jodohku yang kemudian akhirnya memutuskan untuk berpacaran dan berhubungan dengan lelaki yang jelas-jelas bukan mukhrimku :'(
tapi ya Allah hati ini masih bandel untuk menghilangkan semua "rasa" di hati. yang sudah lama tumbuh subur di dalam hatiku. aku sudah terbuai terlalu jauh kali ini dan akupun sekarang bingung untuk menentukan arah mana yang akan menuntunku untuk pulang. iya pulang ke jalan yang dulu saat aku punya prinsip untuk memendam "rasa" yang seharusnya belum untuk diungkapkan *astaghfirullah*

beberapa kali aku sudah menemukan jalan itu, mencoba berjalan tapi masih meraba-raba, masih menengok ke belakang, yakin mau berjalan ke depan tapi ragu. aku belum ikhlas melepas semua :"
aku sadar bahwa umur 20 bukan lagi masuk dalam kategori remaja, tapi aku terus terjebak dimasa itu sampai saat ini. harus bagaimana aku sekarang? kadang hati terlena tapi kadang hati menolak ini semua.

aku selalu berharap bahwa lelaki yang mencintaiku saat ini paham dengan maksudku. aku butuh dituntun ke arah yang lebih baik. kalau kau mencintaiku, cintailah aku karena Allah. jagalah aku seperti kau menjaga cinta yang sudah bertahun-tahun kau berikan hanya untukku. sayangilah aku seperti kau menyayangi ibumu. berjuanglah untuk memerangi nafsumu seperti kau berjuang untuk mendapakan cintaku kembali ketika aku perlahan menjauhimu. mengertilah alasanku ketika suatu hari nanti aku ingin pergi darimu seperti kau selalu mengerti keadaanku yang tidak selalu dalam mood bagus.

aku pergi bukan berarti bahwa "rasa" yang sudah lama aku simpan di dalam hati ini ingin aku buang selamanya. aku pergi bukan karena aku membencimu tapi itu justru aku benar-benar mencintamu karena Allah. mencintaimu karena Allah untuk saat ini berarti aku harus pergi, harus menghindarimu karena aku tidak mau ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. mengertilah aku sekali ini saja :")

Senin, 02 Juni 2014

Sssttt..jangan bilang sama mamah! :D



ada kejadian lucu malam ini yang menarik buat gue share. gue adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dua kakak gue cowok semua, abang gue yang pertama sebuat aja aa iyus dan abang gue yang kedua sebut aja aa pipi.

kejadiannya persis malem ini pas gue lagi di kamara aa iyus lagi serius di depan laptop. entah apa yang membuat keluarga gue itu heboh banget tiap ada hal kecil ataupun besar. abang gue tiba-tiba teriak ngga jelas yang bikin gue nengok ke arah dia yang lagi megangin kepalanya dan meremas-remas rambutnya

aa iyus: "yah de gue bego banget, gue bilang sama arapi kalo ngga ada lauk padahal kan mamah masak!"
gue: "dih bodo amat, nih cepetan telepon!"
aa iyus: "yah yaudah sini cepetan tapi palingan udah sampe nih dia." *sambil nelfon*
"yah ngga bisa lagi, ngga diangkat-angkat sama dia, whatsapp aja coba."

tapi gue tetep aja nelfon abang gue yang ternyata emang ngga diangkat. udah mulai males sih buat ngewahatspaan karena kalo dalam keadaan panik ada aja yang ribet. tapi gue tetep berusaha, seenggaknya ada usaha. akhirnya gue whatsapp abang gue

gue: "aa dirumah ada lauk jangan beliiiii."
"aa piiiinnnggggg."

aa pipi: "yah dudul, udah jadi."

gue: "yah iyus noh yang oon."

...........

oke gue give up karena ternyata ayam kremesnya udah di goreng dan mau ngga mau harus di beli.

*makan dengan lahapnya*

gue: "yah gue juga mau dong." *ambil pring kemudian makan*
"mamah bakalan ngambek nih udah masak tapi kita malah beli lauk."
aa pipi: "yaudah santai gue yang nanggung, nanti gue bilang aja pas pulang kerja langsung beli lauk dan ngga tau kalo di rumah ada lauk."
gue: "oh iya juga sih tapi buat jaga-jaga kita hilangkan jejak aja biar ngga ketauan."
aa iyus: "hahaha iya boleh juga." *makan sama tulang-tulangnya*

buat gue ini adalah hal yang menarik, demi menjaga perasaan mamah kita sampe segitunya. tapi mudah-mudahan mamah ngga nyadar kalo kita beli lauk hahaha :D

love you mah, masakan mamah paling enak kok :* <3

Aku dan Kaki Kananmu



Malam ini hanya jadi pengulangan dari malam-malam sebelumnya, aku hanya tertunduk tak sanggup menatap mata nanar ayah yang seolah-olah menghakimiku dan telingaku sudah kebal mendengar suara tangis ibu yang tertahan tiap kali ayah membentakku. Suasana ini selalu membuat dadaku sesak, lidahku kelu, telingaku kebal, mataku nanar, dan kepalaku tertunduk lesu tapi tetap saja hati ini bagaikan baja yang sulit di tempa. Sifat keras kepalaku yang diturunkan dari ayah yang membuat aku mati-matian mempertahankan prinsipku.
“Sudah yang keberapa kali kamu menolak laki-laki yang datang untuk menikahimu nak?!” suara tegas ayah memecah keheningan malam. Ada sesuatu yang menusuk hatiku setiap mendengar ucapan yang sudah berulang-ulang kali ayah lontarkan kepadaku.
“Jawabanku tetap sama yah, aku tidak akan mau dinikahkan dengan lelaki yang jelas-jelas hanya melihatku dari fisik semata.” jawabku tak kalah tegas.
“Tolong kamu jangan keras kepala nak, apa kata orang nanti kalau kamu dikenal sebagai perempuan pemberi harapan palsu.” ibu yang sedari tadi hanya menangis sekarang ikut berkomentar.
“Aku tidak peduli dengan anggapan orang bu, namaku sudah terlalu jelek di masa lalu biarkan aku menanggungnya sampai akhir hayatku kalau perlu.”
“Sudahlah lupakan semua masa lalumu itu nak, sekarang kamu sudah memiliki semuanya, kamu cantik, pintar, sholeha, lulusan sarjana di luar negeri, dan sekarang menjadi dokter. Apakah kamu masih terus terganjal oleh masa lalumu yang orangpun sudah mulai melupakannya nak?” panjang lebar ibu mengulang kata-kata yang sama seperti sebelum-sebelumnya.” Lalu laki-laki seperti apa yang kamu inginkan?” tanya ibu mulai menyerah.
“Aku memang lebih beruntung diantara perempuan-perempuan yang lain bu, aku juga sadar kalau bukan karena umurku yang sudah tidak muda lagi, ayah dan ibupun tidak akan mendesakku seperti ini untuk cepat menikah. Tapi aku punya hati bu, aku bisa merasakan laki-laki yang tulus mencintaiku atau yang hanya melihatku dari kelebihan yang aku miliki sekarang. Aku hanya ingin ayah dan ibu merestuiku dengan cara yang tulus juga, bukan semata-mata merestuiku karena melihat kelebihan yang dimiliki laki-laki itu setara dengan apa yang aku miliki.” sekuat tenaga aku menjelaskan panjang lebar sambil menatap mata ibu. Mata perempuan yang mulai menua itu kini tidak lagi membulat, mendengar penjelasanku mata itu memancarkan betapa dia mengerti apa yang dikatakan putri semata wayangnya ini, kepalanya tertunduk, air matanya menetes membasahi pipi dan hijabnya.
“Baiklah, ayah dan ibu akan mengikhlaskan apapun keputusan kamu nak.” terbata-bata ibu mencoba mengatakan itu kepadaku sekaligus untuk menutup ketegangan malam itu. Ayah yang sedari tadi hanya menghakimiku dengan tatapannyapun seketika melemah.
Malam ini memang hanya menjadi pengulangan malam-malam sebelumnya, tapi tidak seperti biasanya ini menjadi malam yang terberat sekaligus melegakan bagiku, buru-buru aku memejamkan mata seraya berdoa dalam hati “Alhamdulillah ya Allah telah Engkau permudah urusanku dengan cara Engkau bukakan pintu hati kedua orang tuaku untuk menerima keputusanku. Pintaku hanya satu permudahkan aku untuk bertemu dengan jodohku yang mencintaiku karenaMu ya Rabb.” Semilir angin membawa butiran-butiran doaku melewati malam, menembus dimensi waktu yang tak ada satupun yang tahu kapan doa itu akan dikabulkan oleh Sang Maha Mengetahui.
***
Entah kenapa kenangan buruk di masa lalu itu tidak pernah pergi dari ingatanku sampai sekarang, hanya ragaku dan sebagian memoriku yang bisa melupakannya dengan cepat sampai aku bisa menatap masa depanku seperti ini, menjadi seorang wanita dewasa yang penuh kepercayaan diri dan mewujudkan cita-citaku menjadi seorang dokter. Dari luar aku memang terlihat nyaris sempurna tapi tidak ada yang pernah tahu kalau aku punya masa lalu yang kelam. Masa remajaku habis hanya untuk berhura-hura saja, menghamburkan harta milik kedua orang tuaku, keluar malam pulang pagi dengan teman-temanku, dan kejadian yang selalu menghantuiku sampai sekarang adalah aku hampir di setubuhi oleh temanku sendiri tapi Allah masih sayang kepadaku, aku berusaha berontak dan melarikan diri waktu itu, sehingga kehormatanku masih terjaga sampai detik ini. Bertahun-tahun aku hanya bisa mengurung diri di rumah memendam trauma yang amat sangat mendalam tapi orangtuaku tidak pernah lelah untuk membuatku kembali pulih seperti dulu dan mengembalikan kepercayaan diriku untuk menatap masa depan. Dan semua kejadian itu juga yang membuatku memutuskan untuk berhijab agar diriku terjaga dari segala bentuk kejahatan.
Setiap mengingat kejadian itu aku hanya ingin menyendiri, menenangkan hatiku, dan kembali belajar berdamai dengan masa laluku. Seperti biasa aku duduk di bangku taman rumah sakit, memandangi langit sore, menghirup wangi senja yang membuat hatiku damai yang seketika menjalar ke seluruh tubuhku.
“Mba lagi meditasi ya?” tiba-tiba ada seorang laki-laki yang duduk di sampingku, mencoba menebak apa yang sedang aku lakukan.
“Hmm iya mas, saya merasa tenang kalau duduk di sini.” jawabku jujur
“Setiap orang memang punya cara berbeda untuk menenangkan hatinya yang mencoba berdamai dengan masa lalu. Saya punya masa lalu yang kelam mba tapi jika ada seseorang yang tulus mencintai dan bisa menerima saya apa adanya, mungkin saat itu juga saya akan menikahinya hehehe.” Lelaki itu tertawa seperti ingin melepaskan semua beban di hatinya, matanya menerawang kelangit, wajahnya teduh, dan matanya memancarkan ketulusan. Mendengar kata-katanya hatiku bergetar, laki-laki itu seperti tahu dan merasakan hal yang sama seperti aku.
“Kalau ternyata seseorang itu punya masa lalu yang kelam sama seperti dengan mas bagaimana?” tanyaku penasaran.
“Hehehe ya tidak apa-apa mba, toh mencintai seseorang itu bukan hanya dari kelebihan yang di miliki tapi dari kekurangannya juga.” Dengan tenang laki-laki yang terlihat sepantaran denganku itu menjelaskan sambil tersenyum manis.
“Sepertinya saya sudah bicara ngawur sore ini, terima kasih mba sudah mendengarkan curahan hati saya, cukup merasa tenang berada di sini dengan mba hehehe.” Laki-laki itu pergi begitu saja meninggalkanku sendirian sore itu dengan banyak tanda tanya di dalam hati “Kenapa dia seolah-olah tahu apa yang aku rasakan saat ini? Dan kenapa hatiku bergetar ketika dia menjawab pertanyaanku dengan begitu tulusnya?”. Sejak kejadian sore itu, sesosok laki-laki yang tidak pernah aku kenal sebelumnya telah mencuri hatiku, membuatku gelisah setiap malam karena memikirkannya, membayangkan wajahnya yang tulus, dan merindukannya saat sore tiba.
***
Keringatku mengucur deras, jantungku berdegup kencang, mataku was-was sesekali menengok ruang UGD di rumah sakit tempatku bekerja. Sekitar satu jam yang lalu ada mobil ambulan yang datang, aku melihat dengan jelas sosok yang di keluarkan dari mobil ambulan itu, sosok laki-laki yang tidak asing buatku, dia meraung kesakitan sambil memegangi kaki kanannya yang berlumuran darah. Aku tidak sempat bertanya oleh salah satu perawat karena semuanya panik dan segera membawanya ke UGD tapi aku sangat yakin kalau laki-laki itu adalah yang menghampiriku sore itu di taman, dadaku sesak memikirkan kemungkinan buruk itu.
“Mas, bagaimana keadaan pasien di dalam? Lukanya serius?” aku tidak bisa menyembunyikan muka panikku saat bertanya dengan salah satu perawat yang baru keluar dari UGD.
“Oh dokter Sofi keluarga dari mas yang didalam? Kakinya harus diamputasi dok.”
“Bukan, saya bukan keluarganya. Di amputasi?” aku mecoba mengulang pertanyaan kalau-kalau aku salah dengar, tapi perawat itu mengaggukkan kepalanya dengan tegas. Hatiku remuk mendengarnya, kepalaku pusing, seketika badanku lemas tapi aku mencoba kuat untuk mengintip ke dalam ruang UGD untuk melihat laki-laki itu. Aku menangis sejadi-jadinya ketika ternyata dugaanku benar, laki-laki yang sedang terbaring lemah itu adalah laki-laki yang telah mencuri hatiku.
***
Aku memutuskan untuk kembali keesokan harinya setelah dilakukan operasi karena tidak mungkin dengan keadaan kritis aku menemuinya. Aku memberanikan diri untuk masuk ke ruang UGD dan sepertinya laki-laki itu sedang tertidur pulas dengan perban yang memenuhi kaki kanannya yang sekarang sudah tidak lagi utuh. Sekuat tenaga aku menahan sesak didadaku tapi air mataku tidak sanggup untuk menutupi semua rasa sedih ketika melihat dia terbaring lemah.
“Hmm mba yang waktu itu ya? Mba kenapa menangis?” ternyata suara tangisanku membangunkan dia. Dengan wajahnya yang terlihat menahan sakit dia tetap mencoba tersenyum kepadaku.
“Tidak apa-apa”, buru-buru aku menghapus air mataku. “Nama saya Sofi mas.”
“Oh iya nama saya Reza mba, ternyata mba Sofi seorang dokter ya.”
“Ah iya saya masih pakai seragam, iya saya dokter di sini, bagaimana keadaan mas reza? Kenapa bisa seperti ini?”
“Ya seperti yang mba Sofi lihat, saya mengalami kecelakaan dan kaki saya patah karena terlindas truk kemarin dan dokter sudah mengamputasi kaki saya. Bertambah satu lagi kekurangan saya mba, kaki kanan saya hilang hehe, seandainya ada yang mau menerima kekurangan saya...”
“Saya mau menerima kekurangan mas reza dan saya berjanji akan menjadi pengganti kaki kanan mas Reza untuk selamanya.” Belum sempat Reza meneruskan kata-katanya, aku dengan mantap mengutarakan perasaanku selama ini. “Sudah terlalu lama saya menunggu seseorang yang dengan tulus dan sore itu ada seorang laki-laki datang menghampiri saya, bercerita tentang hidupnya, sejak sore itu juga wajahnya yang tulus bisa meluluhkan hati saya.” Reza hanya bisa terdiam kaku menatapku, matanya berkaca-kaca saat aku berkata seperti itu.
“Mba Sofi serius berkata seperti itu? Mba Sofi mau mendampingi saya selamanya dengan segala kekurangan yang saya miliki?” Reza masih belum bisa menyembunyikan rasa kagetnya.
“Insya Allah mas dengan segala kekurangan yang saya miliki juga.” Reza tidak bisa lagi membendung air mata bahagianya, dia menangis sejadi-jadinya di hadapanku dan mengucapkan terima kasih.
Maha Suci Allah yang telah mengatur skenario kehidupan hambanya, setelah berkali-kali aku menolak banyak pria yang ingin menikahiku, pilihanku jatuh kepada Reza sesosok pria sederhana, langit senja yang langsung menyaksikan betapa hatiku sangat tersentuh oleh kata-katanya yang tulus saat itu. Tidak perlu jabatan terhormat untuk bisa memilikiku, cukup hati yang tulus mencintaiku dan menerima segala kekuranganku. Fisik Reza memang tidak sempurna karena kaki kanannya diamputasi tapi aku berjanji untuk selalu mendampinginya, menjadi pengganti kaki kanannya selamanya, selagi aku mampu.
NB : "Lomba Cerpen Roman Majalah Annida"

Bahagia Bersama Sahabat ODOJ 1988



Bahagia menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram bebas dari segala yang menyusahkan. Semua orang ingin bahagia, bagiku bahagia itu ketika memiliki banyak sahabat. Makna sahabat bagiku melebihi apapun, memiliki banyak  sahabat adalah hal yang terindah. Kata pepatah bila kamu berteman dengan penjual minyak wangi, walaupun tidak mendapatkan minyak wanginya setidaknya kamu mencium aromanya yang wangi, dan tentu saja aroma wangi itu akan membuatmu senang dan tenteram. Begitu juga bila kita memiliki sahabat yang baik hatinya, indah perangainya, sopan dalam berbicara, mengingatkan saat lupa, menasehati saat lalai, membantu saat susah, menghibur saat sedih, bahagia saat kau bahagia, adalah hal yang sungguh menyenangkan. Makna sahabat yang seperti saudara itulah yang saya temukan di grup One Day One Juz 1988.
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu yg berselisih pendapat dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat” (Q.S Al-Hujarat: 10).
Diperkenalkan dengan ODOJ pertama kali pada pertengahan bulan Desember 2013 oleh Kak Deni, beliau sudah terlebih dahulu bergabung dengan ODOJ yaitu di grup 189.
“Kamu pernah dengar nggak Lis, program mengaji One Day One Juz?”. Tanyanya saat itu.
“One Day One Juz? Wah baru denger nih kak, memangnya itu bagaimana?”. Tanyaku.
“One Day One Juz itu program mengaji 1 juz per hari, kita kumpul dalam 1 grup yang beranggotakan 30 orang dan 1 orang admin, dalam sehari kita bisa khatam bersama, dan kita bisa khatam pribadi dalam waktu 30 hari, keren kan?. Balasnya.
“Wah keren kak”. Balasku.
“Yuk ikutan di grup ODOJ yuk, nanti saya daftarkan”. Kak Deni bersemangat.
“Hemm.. nanti-nanti yah kak, nanti Lis beri info lagi”. Sergahku.
“Oke kalau begitu, ditunggu ya infonya”. Balasanya.
Perbincangan mengenai ODOJ pun berlalu. Satu minggu kemudian Kak Deni menanyakan padaku apakah mau bergabung, jawabanku masih sama kapan-kapan saja. Tak menyerah, Kak Deni menanyakan lagi, kali ini lebih sering, setiap hari ditanyakan. Sampai bosan rasanya seperti ditagih hutang dan akhirnya saya mau didaftarkan di grup ODOJ.
Tanggal 6 Januari 2014 adalah tanggal yang akan selalu kuingat sepanjang hidupku. Bagaimana tidak, Senin pagi Whatsapp di hp berbunyi menandakan ada yang mengajak untuk bergabung dengan grup, itulah grup ODOJ. Rasanya senang sekali, setelah siang anggota grup baru berjumlah 5 orang, dalam hatiku terasa aneh, ini bisa dimulai apa tidak tilawahnya. Belum berakhir rasa bingung, Whatsapp kembali berbunyi menandakan ada grup baru, saya semakin bingung, kali ini langsung kutanyakan dengan admin grup yang kuketahui bernama Mbak Citra yang baru saja mengajakku bergabung.
Assalamua’alaikum Mbak Citra, perkenalkan saya Lilis. Terimakasih sudah mengajak saya bergabung, tapi saya bingung nih mbak, karena hari ini ada dua grup yang mengajak saya bergabung, bagaimana menurut mbak admin?”  tanyaku pada Mbak Citra. Tak berselang lama Mbak Citra membalasnya.
Wa’alaikumussalam Mbak Lilis, heheh, tidak usah bingung Mbak Lis, silahkan memilih saja, dan nanti tinggal keluar saja dari grup yang ingin ditinggalkan”. Singkat padat dan jelas. Belum mulai tilawah dan belum tau bagaiamana dan seperti apa peraturannya ODOJ itu saya sudah dilema terlebih dahulu. Pada grup yang pertama baru beranggotakan 5 orang, sedangkan di grup yang kedua sudah beranggotakan 22 orang. Setelah beberapa jam berlalu dan menanyakan pendapat Kak Deni, saya memutuskan untuk bergabung dengan grup yang kedua, dengan berat hati dan perasaan menyesal saya tinggalkan grup pertama yang mengajakku bergabung, kusampaikan rasa maafku pada mbak adminnya.
Hari pertama bergabung dengan grup ODOJ, masih merasakan bingung, harus bagaimana tilawahnya, mulai dari juz berapa, dan setelah selesai tilawah bagaimana laporannya. Namun Mbak admin memberitahukan bagaimana peraturannya dalam ODOJ. Saat itu saya mulai dari juz 22. Mulutku terasa kaku, lidahku terasa kelu, Astagfirullah, sudah berapa lama saya tidak berinteraksi dengan Al Qur’an? Sangat menyedihkan, pelan-pelan saya selesaikan 1 juz, terasa begitu lama dan akhirnya setelah satu jam lebih saya melaporkan di grup, yang saya ingat hari pertamaku bersama teman-teman di grup, grup kami khatam 30 juz pada pukul 22.00 WIB, rasanya sungguh bahagia dapat khatam bersama-sama dengan teman-teman yang baru kukenal.
1 bulan berlalu, tanggal 6 Februari 2014 saya dan teman-teman grup khatam pribadi yang pertama kali , Subhanallah, Allahu Akbar, bahagia tak terkira, air mata tak terasa membasahi pipi saat membaca doa khatam Al Qur’an. Kami semua tidak menyangka bisa khatam pribadi dalam waktu 30 hari, karena biasanya khatam hanya saat bulan ramadhan. Banyak doa yang kupanjatkan pada Rabb Yang Maha Kuasa, mbak admin mengingatkan bahwa saat membaca doa khatam adalah waktu dimana doa diijabah oleh Allah SWT. Aamiin.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab ( Al Qur'an ) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. An-Nahl: 89)
Pada bulan-bulan pertama saya menyetor kholas di grup selalu pada pukul 17.00 WIB, dan jarang sekali berpartisipasi dalam mengambil juz yang dilelang. Ada yang menarik tentang juz yang yang dilelang, selama ikut ODOJ rekor juz yang pernah dilelang dalam sehari adalah sebanyak 7 juz, dan itu rasanya seperti kekenyangan bahkan mendekati gumoh  istilah orang Jawa bagi anak bayi yang memuntahkan apa yang diminumnya apabila kekenyangan. Awalnya saya suka protes pada mbak admin, kenapa banyak sekali juz yang dilelang, banyak juz yang dilelang tapi sedikit yang mengambilnya, akhirnya khatamnyapun sampai larut malam. Terkadang muncul pertanyaan dalam diriku, sebetulnya hati mbak adminku terbuat dari apa, dengan sabar dan penuh pengertian beliau mengatakan padaku bahwa mengambil juz yang dilelang itu tidak dipaksa namun dengan hati yang ikhlas, serta mendoakan teman yang melelang agar segala urusannya dilancarkan Allah SWT dan dapat segera kembali tilawah, kalau mbak admin telah berkata seperti itu maka luluhlah hati ini dan kembali semangat mengambil daftar juz yang dilelang. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, empat bulan berlalu, perasaan bahagia itu selalu di hati, perasaanku semakin mencintai Al Qur’an dan berusaha untuk mengamalkannya, persahabatan kamipun sesama anggota grup sudah begitu dekat seperti angggota keluarga sendiri. Kami saling berbagi, berbagi apa saja yang bisa dibagi. Dari hal agama, kesehatan, pendidikan, kuliner, ekonomi, fashion, pekerjaan, sampai politik, tapi untuk yang satu itu grup kami kurang antusias.
Perasaan senang dan luar biasa ketika acara Grand Launching ODOJ di Mesjid Istiqlal pada tanggal 4 Mei 2014, walaupun saya melihatnya hanya dari TV, melihat teman-teman ODOJ di seluruhnya Indonesia berkumpul menjadi satu, memecah rekor Muri, bertemu dengan Ustaz Yusuf Mansur dan para artis. Alhamdulillah rasanya bangga telah bergabung dengan komunitas yang keren ini.
Dari Abu Hamzah, Anas bin Malik ra, pembantu Rasulullah SAW, bahwa Nabi SAW, bersabda, "Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri." (Hr. Bukhari Muslim).
Sampai bulan kelima kami bersama, banyak suka duka yang kami lewati. Banyak cerita yang mengisi hari-hari kami, banyak pula anggota yang sudah keluar dari grup dan digantikan dengan anggota yang baru, semuanya karena tidak memberikan kabar selama beberapa hari dan tidak bisa dihubungi. Sedih tetapi ada senangnya juga karena sahabat semakin banyak. Sahabat-sahabat di ODOJ 1988 membuat hari-hariku lebih berwarna, membuatku lebih berarti.
Ibnu Umar berkata “barang siapa yang bertakwa kepada tuhannya, dan menyambung hubungan kekeluargaan, maka ia akan dipanjangkan umurnya, dibanyakkan hartanya, dan dicintai oleh keluarganya.” (Hr. Bukhari Muslim).
Saya berniat dalam hati ingin mengajak teman-teman yang lain agar bergabung dengan ODOJ, sasaran pertama adalah teman-temanku di kantor, ada dua orang yang pertama adalah Mbak Puji dan Ria, tapi butuh waktu lama mengajak mereka untuk bergabung dengan ODOJ, butuh rayuan selama dua bulan, kujelaskan pada keduanya hikmah yang didapatkan setelah bergabung dengan ODOJ. Lebih sering membaca Al Qur’an sudah pasti, ada rasa tenteram dalam hati, lalu punya sahabat-sahabat dari Sabang sampai Merauke, dan bahagia mempunyai keluarga baru. Akhirnya Ria yang mau pertama kali bergabung, wah rasanya senang sekali, seperti bisnis MLM yang mendapatkan member baru, lain cerita dengan Mbak Puji, beliau belum siap untuk bergabung dengan ODOJ, tapi beliau berjanji untuk rutin mengaji walaupun belum 1 juz dalam sehari dan janji itu kulihat nyata adanya. Senang rasanya dapat berbagi dalam hal kebaikan. Setelah itu, siapa lagi ya yang mau bergabung? Jawabannya akan kucari.
Selain grup ODOJ, di HPku juga ada grup yang anggotanya teman-teman angkatan SMA yang tergabung dalam grup Komunitas Pengejar Surga, lucunya grup teman-temanku ini sudah beberapa kali ganti nama dan akhirnya menemukan nama yang cocok. Komunitas Pengejar Surga ini anggotanya adalah Irma, Fitri, Najwa, Lilik, Naser, Arul, Arman, Angga, Andi, Erwin, dan Rian. Kami adalah sahabat dekat dan sudah seperti saudara. Diantara teman-temanku itu yang sudah bergabung dengan ODOJ yaitu Irma, Lilik, dan Naser. Rasanya senang sekali ada saudara sesama ODOJ di grup ini. Tercetus niat untuk mengajak teman yang lain untuk bergabung dengan ODOJ, sasaran yang pertama adalah Fitri, karena dia teman dekatku, lalu Najwa, Erwin dan Arman, tapi jawaban mereka adalah sama, ingin mengaji sendiri dulu, ya sudah takkan kupaksakan, semoga dilain waktu mereka bergabung dengan grup ODOJ. Lalu sasaran berikutnya adalah Arul, untuk temanku yang satu ini tidak terlalu susah, tetapi butuh waktu untuk mengajaknya bergabung dengan grup ODOJ, karena pada dasarnya dia sudah mengaji walaupun tidak setiap hari. Setelah kuberikan motivasi setiap hari akhirnya Arul mulai rutin mengaji 1 juz setiap hari, dan dia berjanji akan bergabung dengan ODOJ setelah dia khatam pribadi. Semoga niatnya mendapat rida dari Allah SWT.
Untuk yang tercinta Mbak Citra, Bunda Imas, Tetah Rie, Teteh Ai, Mbak Defi, Mbak Mawa, Umi Icih, Mbak Luki, Mbak Emi, Mbak Tika, Mbak Firda, Mbak Tuti, Mbak Rida, Mbak Enda, Mbak Fitri, Mbak Prapti, Bunda Fitri, Mbak Disi, Mbak Yana, Mbak Masyita, Teteh Wida, Mbak Feni, Mbak Dila, Mbak Astri, Mbak Santi, Mbak Furi, Mbak Zain, Mbak Evi, Mbak Ninis, Umi Isna. Arigatou kagayaku hoshi no yoni. Eien ni soba ni iru kara. Arigatou kitto tsuyoku naru ne. Kimi no youni kagayaku kara ( Terimakasih sudah seperti bintang yang bersinar. Saya akan berada disampingmu selamanya. Terimakasih, saya rasa menjalani itu berat. Tapi aku akan bersinar sepertimu juga ).
Banyak doa yang saya panjatkan kepada Allah SWT, semoga meridai apa yang saya dan teman-teman grup ODOJ lakukan, semoga persahabatan kami tak lekang oleh waktu dan semoga Al Qur’an menjadi sahabat kami untuk selamanya. Aamiin Ya Rabbana.
SEKIAN
Penulis : Lilis Nugrahani K.T  ( G1988 )

Minggu, 01 Juni 2014

Wanita Pencinta Al Qur'an



“Dulu mamah pernah berdo’a saat kamu lahir, supaya kelak kamu menjadi wanita pencinta Al Qur’an. Dan alhamdulillah do’a mamah terkabul.” Ucap mamah lirih saat melihatku sedang membaca Al Qur’an malam itu.
“Aamiin.” Jawabku haru.
Subhanallah sampai detik ini ada rasa haru yang tertahan di dalam tenggorokanku kalau mengingat kata-kata yang keluar dari mulut seorang ibu yang tulus mendo’akan anaknya, bingung saat itu ingin berkata apalagi tapi yang ada dipikiranku saat itu hanya terus menerus bersyukur karena Allah sudah menakdirkan aku bergabung di grup ODOJ ini.
Sudah hampir 5 bulan aku bergabung di grup ODOJ, awalnya aku memang belum tahu tentang ODOJ mulai dari singkatannya sampai kegiatannya. Aku hanya tahu kalau di sosial media mulai ramai membicarakan ODOJ. Ada rasa penasaran yang membuat aku ingin tahu tentang ODOJ lebih jauh tapi saat itu aku hanya tahu kalau ODOJ adalah singkatan dari One Day One Juz. Seketika hatiku bergetar, bagaimana caranya tilawah satu hari satu juz? Sama sekali belum pernah ada di dalam pikiranku untuk tilawah satu hari satu juz karena selama ini aku hanya tilawah satu lembar dalam sehari dan itu hanya ba’da maghrib saja, astaghfirullah.
“Aku juga ingin mengikuti kegiatan itu, terus aku harus memulainya dari mana?” ucapku dalam hati. Diri ini sangat malu ketika ada temanku yang sudah mengikuti kegiatan itu tapi aku hanya bisa membatin, “apakah aku bisa tilawah satu juz dalam sehari?” “Apakah ada waktu disela-sela kegiatan kuliahku untuk tilawah satu juz?” Banyak keraguan yang menahanku untuk tidak bertanya bagaimana cara bergabung di kegiatan itu.
Sempat terlintas di pikiranku bahwa ODOJ hanya kegiatan untuk orang-orang yang ilmu agamanya sudah baik dan hanya untuk kalangan tertentu. Tapi Allah Maha Baik, ketika hambaNya berusaha untuk menjemput hidayahNya kemudian ragu, Allah tidak sungkan-sungkan untuk menyambut kedatangan kita, mengulurkan tangannya dan kemudian meyakinkan untuk terus berjalan ke arah yang lebih baik.
Melalui perantara kakak kelasku di kampus, aku diajak untuk bergabung di grup ODOJ, Allah menepiskan semua keraguanku dan membuatku yakin untuk memutuskan bergabung. Aku ingat persis waktu itu tanggal 4 Januari 2014 aku bergabung dengan grup ODOJ, awalnya aku bingung karena beberapa kali ada yang mengirim pesan untuk memilih juz mana yang mau aku baca. Aku memang belum bertanya kepada kakak kelasku bagaimana mekanismenya setelah masuk grup. Saat itu aku sedang ada acara dan tidak sempat untuk terus memegang handphone dan merespon pesan itu, data paket internetpun tidak aku aktifkan, baru sore hari aku bisa mengaktifkannya ternyata aku sudah tidak bisa bergabung dengan grup tersebut karena jumlah anggotanya sudah cukup 30 orang.
Ada rasa kecewa karena aku pikir tidak ada lagi kesempatan buatku untuk bergabung dengan grup ODOJ. Tapi subhanallah, keesokan harinya aku diundang untuk bergabung dengan grup ODOJ yang baru. Saat itu aku masih bingung karena banyak yang keluar masuk grup tapi itu hanya sebentar saja karena dengan kecepatan sepersekian menit grup sudah lengkap 30 orang. Hari itu juga alhamdulillah aku resmi bergabung dengan grup ODOJ 1988. Allahuakbar!!!
Banyak informasi yang aku dapatkan langsung dari mba citra admin grupku tentang peraturan-peraturan yang berlaku di ODOJ, mulai dari tata cara melapor jika tilawah sudah selesai dibaca dan batasan waktu yang diberikan. Aku dapat menyimpulkan bahwa untuk melakukan kegiatan hal positif apapun awalnya memang harus dipaksakan, sehingga kedisiplinan dan komitmen untuk terus melakukan kegiatan positif itu dapat tertanam di kehidupan kita.
Bukan hal yang mudah untuk membiasakan membaca Al Qur’an yang awalnya hanya satu lembar kemudian dalam waktu 24 jam harus membaca satu juz. Banyak alasan yang timbul di dalam hati, mulai dari waktu kuliah yang dari pagi sampai sore dan waktu setelah itu yang digunakan untuk istirahat dan mengerjakan tugas. Di dalam pikiranku saat itu bagaimana cara membagi waktu untuk menyeimbangkan itu semua. Tapi sekali lagi benar kata pepatah bisa karena terbiasa, tidak butuh waktu lama buatku untuk beradaptasi dengan kegiatan positif ini. Alhamdulillah.
Proses untuk menjadi yang lebih baik memang sangat butuh perjuangan, jalannya pun tidak mudah untuk dilalui. Keyakinan untuk tetap bertahan di ODOJ kembali goyah ketika aku menemukan link chripstory di sosial media tentang ODOJ, disitu aku baca tentang opini penulis yang diperkuat dengan kutipan hadits dan Al Qur’an yang bisa disimpulkan kalau penulis tidak setuju dengan adanya kegiatan membaca Al Qur’an seperti ODOJ, astaghfirullah. Saat itu aku sangat galau harus bagaimana, ada rasa khawatir jika ternyata kalau aku salah melangkah saat ini tapi aku coba bertanya kepada teman-temanku yang juga bergabung dengan grup ODOJ. Ada nasihat dari temanku yang sampai sekarang masih aku ingat, “segala sesuatunya membutuhkan proses begitu juga dengan membaca Al Qur’an, tidak ada yang salah kalau itu berhubungan dengan Al Qur’an karena pada dasarnya Allah yang menyuruh kita untuk membacanya. Mungkin saat ini kamu hanya bisa membaca Al Qur’an saja tanpa membaca maknanya tapi ingatlah kalau Allah menilai semua proses yang kita lakukan dan mulailah pelan-pelan untuk membaca maknanya juga.” Saat itu juga keyakinanku semakin kuat untuk terus istiqomah membaca Al Qur’an satu hari satu juz sampai detik ini.
Ada hal lain yang membuatku semangat untuk terus istiqomah di ODOJ ini, yaitu keluarga baru. Alhamdulillah setelah Allah berbaik hati menakdirkanku untuk bisa tilawah satu hari satu juz, Allah pun mengirimkan 30 akhwat sholehah yang menjadi keluarga baruku sekarang. 30 orang yang berbeda dari segi umur, profesi dan daerah tempat tinggal tidak membuat kita tidak bisa akrab. Seperti sudah kenal lama kita sering berbagi cerita tentang apapun, mulai dari hobi, berbagi resep masakan, saling mengirim foto pribadi sampai keluarga, berbagi tips kesehatan, bercerita tentang makanan khas daerah masing-masing, muhasabah bersama, saling mengingatkan untuk dhuha, qiyamul lail dan taushiyah. Subhanallah sangat indah persaudaraan ini ya Rabb, 5 bulan kita jalani bersama penuh dengan canda, tawa, haru dan bahagia walaupun jarak yang memisahkan kita tapi terasa begitu dekat jika persaudaraan ini terjalin karenaMu ya Allah, semoga persaudaraan ini selamanya sampai akhir hayat kami, aamiin.
Suasana kekeluargaan juga sangat terasa jika ada salah satu anggota grup yang tidak bisa tilawah, seperti peraturan yang disampaikan juz bisa dilelang. Ketika waktu maghrib sudah dekat dan ada lelangan, biasanya semua anggota grup berlomba untuk mengambil lelangan karena ingin khatam tepat waktu. Ada rasa haru setiap menyaksikan kejadian ini karena sampai segitunya kita mau khatam bersama-sama, ada rasa rindu ingin mengaamiinkan setiap do’a khatam selesai dibacakan dan saling menyemangati satu sama lain. Memang butuh perjuangan untuk khatam juz pribadi kemudian khatam 30 juz satu grup tapi Allah selalu membantu disetiap rasa was-was yang kita rasakan. Sampai detik ini kita terus berjuang bersama-sama untuk khatam setiap harinya. Allahuakbar!!!
Tidak mudah memang untuk terus berinteraksi hanya di dunia maya, ada rasa rindu untuk berkumpul bersama-sama satu grup tapi mungkin sampai saat ini hal itu belum bisa terjadi. Grand launching ODOJ tanggal 4 Mei kemarin cukup membuatku senang walaupun tidak bisa ikut hadir ke acara itu tapi menyaksikan di televisi saja sudah cukup. Merinding dan terharu ketika semua yang hadir membacakan deklarasi, tidak bisa dijelaskan bagaimana rasanya tapi yang jelas jiwa ini serasa ikut berada bersama-sama berkumpul disana, tilawah dan berdo’a bersama dengan ribuan orang yang mencintai Al Qur’an.
Banyak perubahan yang aku rasakan, dari satu lembar sekarang setiap hari bisa tilawah satu juz, tidak lupa juga aku selalu memasukkan Al Qur’an kedalam tasku, tilawah sebelum kuliah, dan Al Qur’an menjadi penenang bagiku ketika aku ada masalah. Dan satu do’a yang insya Allah sebentar lagi akan terkabul, di bulan ramadhan tahun ini insya Allah aku bisa mengkhatamkan Al Qur’an bersama-sama 30 saudariku tercinta di grup ODOJ 1988, aamiin.
“Ya Allah ya Rabb terima kasih Engkau telah mengabulkan do’a ibuku yang berharap agar aku menjadi wanita pencinta Al Qur’an, jadikanlah aku selalu istiqomah di jalan ini. Terima kasih juga ya Rabb Engkau mengirimkan wanita-wanita pencinta Al Qur’an yang telah hadir didalam hidupku yang memberikan kesejukan dan keceriaan di setiap harinya. Hadirkan selalu semangat di jiwa kami yang sedang berjuang bersama di jalanMu ya Rabb. Ridhoilah persaudaraan kami ini yang terjalin karenaMu. Pertemukanlah kami suatu saat nanti walaupun bukan di dunia tapi pertemukanlah kami di JannahMu, aamiin.”
Penulis,
Siti Mawadah (G1988)
NB: "Lomba Menulis Kisah Inspiratif ODOJers"